Selasa, 08 Oktober 2019


Media sosial dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai platform dalam memperluas pangsa pasar.

Product Marketing Director Instagram Susan Rose mengatakan jumlah pengguna Instagram aktif di Indonesia saat ini sudah mencapai 45 juta orang. Angka itu meningkat lebih dari dua kali lipat posisi awal 2016 yang masih 22 juta orang.

Data itu membuat Indonesia berada di urutan pertama komunitas terbesar Instagram di Asia Pasifik dan salah satu pasar terbesar dunia. Negara-negara yang paling sering menggunakan profil bisnis selain Indonesia adalah AS, Brazil, Rusia, dan Inggris.

Adapun jumlah total pengguna aktif media sosial tersebut tercatat sebesar 700 juta setiap bulannya.

“Sebanyak 80% pengguna Instagram mengikuti setidaknya satu akun bisnis dan sepertiga dari konten Instagram Story yang paling banyak dilihat adalah konten dari akun-akun bisnis,” papar dia dalam diskusi media Peran Instagram dalam Pengembangan UMKM di Indonesia, Rabu (26/7).

Dari 700 juta pengguna itu, sekitar 8 juta di antaranya merupakan akun bisnis termasuk yang berada dalam kategori UMKM. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1 juta adalah akun bisnis yang terbilang aktif dan sebagian besar berasal dari Indonesia.

Meski demikian, Rose menyatakan tidak tertutup kemungkinan jumlah akun bisnis yang menggunakan Instagram jauh lebih besar dari yang tercatat. Pasalnya, data tersebut hanya mencakup akun bisnis yang telah menggunakan layanan iklan khusus dari Instagram.

Hal ini diklaim membuktikan peran media sosial tersebut sebagai wadah yang mendukung pertumbuhan berbagai bisnis lokal, termasuk UMKM di Indonesia.

“Masyarakat Indonesia dan Asia Pasifik senang belanja, sehingga Instagram jadi platform yang tepat untuk memasarkan bisnis,” tambah dia.

Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram menekankan pentingnya Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM) memanfaatkan keberadaan media sosial (medsos) untuk meningkatkan kinerja penjualan produknya. 

Menurut Agus, dengan memanfaatkan media sosial maka hambatan jarak, ruang dan waktu, serta harga barang, bisa tereliminir. Selain itu, UKM juga tidak lagi membutuhkan ruang yang besar untuk memajang produknya. 

"Jarak juga tidak menjadi hambatan untuk mengirim barang, karena sudah banyak perusahaan jasa kurir untuk mengantar barang dengan harga yang murah dan cepat sampai ke konsumen. Jangkauan pemasaran pun bisa mendunia. Tenaga kerja juga bisa dimanfaatkan dengan efektif dan efisien," kata Agus pada acara workshop bertema Pentingnya Sosial Media Untuk UMKM Dalam Meningkatkan Penjualan, di Jakarta, Senin (31/7/2017). 

Oleh karena itu, Agus berharap para pelaku UMKM di Indonesia sudah mulai melangkah mempromosikan dan menjual produknya melalui media sosial agar tidak tergilas zaman. 

" Media sosial hanyalah sebagai alat. Kita harus tetap memiliki pengetahuan dasar yang kuat dalam berbisnis," kata Agus. 

Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM I Wayan Dipta mengatakan, ada yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha sebelum memperkenalkan produknya di dunia digital. 

"Sebelum merilis produk ke pasaran, sebaiknya mengurus hak cipta dan mereknya agar tidak dijiplak pihak lain. Terutama bagi UMKM dengan produk kreatifnya", ungkap Wayan. 

Dengan itu, saat ini Kemenkop telah bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terkait dengan pengurusan hak cipta kepada pelaku UMKM dan tidak dipungut biaya.


Peluang 

CEO Young On Top Billy Boen, mengungkapkan bahwa ada perubahan perilaku konsumen saat ini dari era konvensional kepada era digital, dimana 84 persen konsumen membeli barang karena media sosial baik itu Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, dan Line. 

"Sayang sekali bila UMKM tidak memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan penjualan produknya," kata Billy yang juga menkadi Founder & CEO GDIlab.com. 

Menurut Billy, manfaat media sosial diantaranya meningkatkan jangkauan dan eksposur (brand awareness), berinteraksi dengan follower (engagement), dan dapat memberikan berikan solusi kepada follower (selling). 

"Jadi, dalam media sosial itu selling nomor tiga, setelah brand awareness dan engagement. Baru kemudian akan menciptakan apa yang dinamakan brand loyality," pungkas Billy.



Oleh :
Nama : Muhammad Iqbal
NPM : 1B119006
Kelas : 2KA30



Referensi :


0 komentar:

Clock

Gunadarma University

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.